Minggu, 29 Agustus 2010

Kepada yang Terhormat - Puisi cinta

KEPADA YANG TERHORMAT

kepada tuan-tuan yang terhormat,
teruslah tipu diri sendiri
sampai kami meladang letih
lusuh membisu

kepada tuan-tuan yang terhormat,
tak usahlah kau bicarakan kami lagi
semua telah mengerti
tapi kami bukan kelinci

02-2003
Donny Anggoro

Salam puisi cinta....
Baca Selengkapnya - Kepada yang Terhormat - Puisi cinta

Di Tebing Kesangsian - Puisi cinta

DI TEBING KESANGSIAN

pojok malam diantara wajah tegang
perasaan galau dan rokok mengabu di asbak

ruang kosong di bara pertikaian
tinggalkan duka yang berdansa

derai tawa di ruang hampa
bawa aku di tebing kesangsian


02-2003
Donny Anggoro

Salam puisi cinta....
Baca Selengkapnya - Di Tebing Kesangsian - Puisi cinta

Apa - Puisi cinta

APA

aku tergelepar
tertikam
di bawah bulan
lebam

sisa nyawa meniti
pecah mimpi-mimpi
hatiku
terkunci

01-2003
Donny Anggoro

Salam puisi cinta....
Baca Selengkapnya - Apa - Puisi cinta

Tiada - Puisi cinta

Tiada

kata tiada bermakna
ketika cela
menghunjam pada hina
ia tiada bermakna
tatkala tak dimaknai pada bencana
yang sudah jadi pertanda

ia tak lagi bermakna
ketika melesak pada
murka yang kuasa

kata adalah cela
pada dosa yang tergesa
ialah rajam ialah asa
pada duka yang terasa

oleh: Donny Anggoro

Salam puisi cinta....
Baca Selengkapnya - Tiada - Puisi cinta

Luka Itu - Puisi cinta

Luka itu

luka itu menganga lagi
di jelang fajar yang jeri

pada doa terbata
aku bersimpuh

tolong catat dukaku
yang tak sanggup
basuhi lukamu

Pada Isak Tangismu

ketika nurani tak lagi suci
pada kami yang kotori
pemberianmu

langitku terkoyak
pada isak tangismu
mengalun pilu

padamu
aku bersimpuh
beri kami cahaya
agar balada cintamu
mengalun lagi

malam diam-2006
Donny Anggoro

Salam puisi cinta....
Baca Selengkapnya - Luka Itu - Puisi cinta

Malam Yang Diam - Puisi cinta

Malam yang Diam

kicau burung itu tak lagi merdu
saat kau terbaring sendu
luruh melayu
dipagut kelabu

air mata, air mata, desismu
sia-sia saja kau basahi kepergianku

pergilah, relakan aku
ku tak mau dengar kicau pilumu
yang menjemputmu dalam duka

ijinkan aku masuki kelam
di bawah malam yang diam

Oleh: Donny Anggoro

Salam puisi cinta....
Baca Selengkapnya - Malam Yang Diam - Puisi cinta

Madah Duka - Puisi cinta

MADAH DUKA
: buat Lisa Lukman (1976-2008)

pada doaku yang terbawa angin
isak tangisku mengalun
menghantar kepergianmu
di hamparan sunyi


Rawamangun, April 2008
Donny Anggoro

Salam puisi cinta....
Baca Selengkapnya - Madah Duka - Puisi cinta

Sajak-Sajak Cinta - Puisi cinta

SAJAK-SAJAK CINTA

Hendak kemanakah sajak-sajak cinta yang dulu pernah kau lantunkan kepadaku di
saat sepi menari di ujung hati?

Hendak kemanakah sajak-sajak cinta yang dulu kau lantunkan demi penghibur hati
di kala sang pangeran tak bersujud kepadamu?

Hendak kemanakah sajak-sajak cinta yang dulu kau lantunkan pada malam tak
berbintang?

Hendak kemanakah sajak-sajak cinta yang dulu menjengukku di kala aku terbaring
menanti ajal?

Kurindu sajak-sajak cintamu yang mengalun lamat-lamat pada batas penantianku
meniti ajal

Kurindu sajak-sajak cintamu yang mengalir merambah relung hatiku yang kosong

Kuingin engkau berderap lagi menemani hari-hariku yang muram dimakan lanjut oleh
usia yang berderak pelan seperti bunyi lonceng kematian yang bertalu-talu
memanggilku yang mulai merapuh

Kudus, Januari 2008
Donny Anggoro

Salam puisi cinta....
Baca Selengkapnya - Sajak-Sajak Cinta - Puisi cinta

Kepada Malam - Puisi cinta

KEPADA MALAM

Pada malam tak berbintang dia langutkan sepi di ujung hati
Pada sepi yang menari hatinya luka di bayang malam
Tiada lagi canda di matanya yang tersapu kabut

Duhai bulan berikan cahayamu,
agar balada cintamu mengalun lagi

Kudus, Januari 2008
Donny Anggoro

Salam puisi cinta....
Baca Selengkapnya - Kepada Malam - Puisi cinta

Mati - Puisi cinta

MATI

kata-kataku mati
mati kata-kataku
di malam diam
yang menjemputku
juga diam-diam


Rawamangun, Februari 2008
Donny Anggoro

Salam puisi cinta....
Baca Selengkapnya - Mati - Puisi cinta

Rabu, 25 Agustus 2010

Kesunyian - Puisi cinta

KESUNYIAN

Kesunyian ini sungguh mengental b atu.
Orang-orang berlari memanggul resah.
Menembus pekat malam.
Tak ada cahaya.
Tak ada kata sepanjang j alan aspal yang gigil.
Kuguncang dada lelaki paling k urus dan paling perkasa.
Oh, darahnya menyemburkan k ata-kata:
Hidup tanpa cinta.
Hidup tanpa cinta.
Sungguh bahagia!

2010
Dewi Nawang Wulan

Salam puisi cinta....
Baca Selengkapnya - Kesunyian - Puisi cinta

Malam Rebah Perlahan - Puisi cinta

MALAM REBAH PERLAHAN

Kaukucurkan hujan.
Tangis di cangkir.
Hidup kita yang retak.
Cinta dan kemayapadaan.
Menyelumuti.
Lidah hari-hari yang menjulur.
Sunyi dan kering.
Bukankah sudah berpuluh tahun.
Bekas kecupan di leherku luka dan m enggaris kerinduan?
Sesekali masuklah
ke dalam alir gairah m alamku.
Oke?
Kutunggu ketika malam rebah perlahan...
dan berkabut!

2010

Dewi Nawang Wulan

Salam puisi cinta....
Baca Selengkapnya - Malam Rebah Perlahan - Puisi cinta

Mimpi rintih Panjang - Puisi cinta

MIMPI RINTIH PANJANG

Jangan kau lumatkan.
Sekerat daging dalam selangkangan mimpi.
Kutahu mimpimu rintih panjang.
Rintih lara.
Mestinya kauberlari.
Menyusuri bukit cintamu yang terjal.
Biarkan darah kucur.
Sepanjang jalan yang kaulewati.
Sambil sesekali.
Kaumemaki: bangsat!
Bajingan!
Taik!
Setelah itu.
Kaupuaslah
Terbahak.
Hak-hak-hak-hak
Haaak!

2010
Dewi Nawang Wulan

Salam puisi cinta....
Baca Selengkapnya - Mimpi rintih Panjang - Puisi cinta

Peluklah Dada Lelaki Paling Sunyi - Puisi cinta

PELUKLAH DADA LELAKI PALING SUNYI

Dan ranting dalam batok kepalamu b ergemeretak.
Menimbulkan denyut yang paling aduh.
Pohon cinta itu rubuh.
Menyemburkan getah kebencian
Pada bisik mesramu;
"Maut berdendang-dendang...
Seperti seruling lengking di ujung m alam."
Sekali ini.
Terimalah uluran tangan edelweisku.
Sekali ini.
Peluklah dada lelaki paling s unyi!

2010
Dewi Nawang Wulan

Salam puisi cinta....
Baca Selengkapnya - Peluklah Dada Lelaki Paling Sunyi - Puisi cinta

Malam Yang Berguling Panas - Puisi cinta

MALAM YANG BERGULING PANAS

Debar! yang nyaris sempurna.
Ciuman dahsyatmu mendarat.
Di lekuk dadaku.
Lalu kau bercerita tentang malam.
Yang berguling panas.
Berbisik tentang laut.
Yang bergelora di sepanjang samudramu.
Tentang segala hal.
Yang membuatmu gila.
Padaku!
Tapi sedetik kemudian.
Uh! Aku sangat membencimu.
Sangat muak pada segala yang kau b erikan.
Pada segala yang kau mimpikan.
Pada segala yang kau telusuri j alan hidupmu.
Sit!

2010
Dewi Nawang Wulan

Salam puisi cinta....
Baca Selengkapnya - Malam Yang Berguling Panas - Puisi cinta

Merobek Pelangi Diriku - Puisi cinta

MEROBEK PELANGI DIRIKU

Pijar dan kerjap mata belatimu.
Merobek pelangi diriku.
Telaga tenang biru.
Dalamnya palung kata ngilu.
Kau terjunlah!
Tidurlah di palung kata ngilu.
Pijar dan kerjap mata belatimu.
Merobek pelangi diriku.
Kau terjunlah!
Merayaplah di tubuh kata ngiluku!
Ngilu!
Ku!

2010
Dewi Nawang Wulan

Salam puisi cinta....
Baca Selengkapnya - Merobek Pelangi Diriku - Puisi cinta

Kuzikirkan Namamu - Puisi cinta

KUZIKIRKAN NAMAMU

Mekar!
Kelopak sunyiku dihantam percumbuan.
Matahari dan debu.
Kuzikirkan namaMu.
Kekasihku.
Selendang hidupku tercabik.
Pisau rindu.
Gugur tangkai nafsuku.
Deru langkahku.
Di rambut-rambut kasihmu.
Aku sungguh menyerah.
Pada tajam matamu.
Sebab aku cuma debu.
Debu!
De!
Bu!

2010
Dewi Nawang Wulan

Salam puisi cinta....
Baca Selengkapnya - Kuzikirkan Namamu - Puisi cinta

Ini Musim yang Sublim - puisi cinta

INI MUSIM YANG SUBLIM

Ini musim yang sublim.
Airmata hujan turun.
Tak terduga.
Basahi segala rasa.
Segala kilat mata cemburumu.
Kautahu lekuk tubuhku yang paling s ensitif?
Tubuh lukaku yang terbujur di setiap h ening malammu.
Jangan lepas cengkeraman jemarimu.
Pada kemaluan puisiku!

2010
Dewi Nawang Wulan

Salam puisi cinta....
Baca Selengkapnya - Ini Musim yang Sublim - puisi cinta

Senin, 23 Agustus 2010

Di Atas Ranjang Sunyiku - Puisi cinta

Salam puisi cinta....

DI ATAS RANJANG SUNYIKU

Terlalu pasif.
Lentur tubuhmu.
Di atas ranjang sunyiku.
Bunga-bunga gugur.
Kupu-kupu terbang.
Di taman hatiku.
Membiakkan semerbak mawar.
Di lorong panjang rinduku!

2010
oleh: Dewi Nawang Wulan
Baca Selengkapnya - Di Atas Ranjang Sunyiku - Puisi cinta

Setangkai Sunyi Mekar Selalu - Puisi cinta

Salam puisi cinta....

SETANGKAI SUNYIKU MEKAR SELALU

Kukirimkan setangkai sunyi.
Ke pot biru rindumu.
Bila kemarau datang.
Siramlah dengan air cinta.
Dan kasihmu.
Setangkai sunyiku mekar selalu.
Selalu!

2010
oleh: Dewi Nawang Wulan
Baca Selengkapnya - Setangkai Sunyi Mekar Selalu - Puisi cinta

Kau Menari Di Atas Lukaku - Puisi cinta

Salam puisi cinta....

KAU MENARI DI ATAS LUKAKU

Malam rebah di pangkuanku.
Pergumulan dengan perih.
Pergumulan ranjangku.
Kau menari di atas lukaku.
Lalu berlari.
Berlari hingga lorong paling s unyi.
Lorong paling ngeri.

Malam rebah di selangkanganku.
Pergumulan dengan sedih.
Pergumulan airmataku.
Kau mabuk di atas payudaraku.
Lalu mendengus.
Mendengus sehabis-habis dengus.
Ngusss!

2010
oleh: Dewi Nawang Wulan
Baca Selengkapnya - Kau Menari Di Atas Lukaku - Puisi cinta

Anak ku - Puisi cinta

Salam puisi cinta....

ANAKKU

Anakku menjelma kuntum bunga p aling harum di kamar.
Kupeluk cium tak puas-puas.
Kuhirup napasnya sepenuh cinta.
Anakku menggelinjang.
Mulutnya menganga.
Mencari puting susuku.
Puting yang paling nikmat baginya.
Bukan Bagi Kalian....

2010
oleh: Dewi Nawang Wulan
Baca Selengkapnya - Anak ku - Puisi cinta

Lorong Panjang Rinduku - Puisi cinta

Salam puisi cinta....

LORONG PANJANG RINDUKU

Terlalu pasif.
Lentur tubuhmu.
Di atas ranjang sunyiku.
Bunga-bunga gugur.
Kupu-kupu terbang.
di taman hatiku.
membiakkan semerbak mawar.
di lorong panjang rinduku!

2010
oleh: Dewi Nawang Wulan
Baca Selengkapnya - Lorong Panjang Rinduku - Puisi cinta

Sabtu, 21 Agustus 2010

Mencoba Haiku - Puisi cinta

Mencoba haiku

/1/ Pagi

Terbit fajar
-terucap syukur sang bekisar
"kukuruyuk"

/2/ Hujan

Tiap tetesmu
Membawa pesan rindu
Memeluk bumi

/3/ Pengemis buntung

Tangan tengadah
Tongkat menopang tubuh
Mengharap receh!

oleh: Belongs2eti

Salam puisi cinta....
Baca Selengkapnya - Mencoba Haiku - Puisi cinta

Sajak Pak Tua

Salam puisi cinta....

Sajak Pak Tua

: Steffanus Olloth Pilling



/1/ Jari gemetar

lelah toreh sejarah:

Senja menepi

(haiku 5-7-5)

/2/Malam kian temaram. Bias cahaya rembulan tak lagi menawan. Bahkan kerlip bintang semakin menghilang, tertutup awan yang berarak beriringan dan mewujud mendung yang menggantung. Kau masih di sini, menikmati malammalammu yang sunyi. Berteman dingin angin yang menghembus perlahan, seirama denyut nadimu yang semakin pelan.

Lalu kau pun akan kembali bercerita, mengurai perjalanan hidupmu yang penuh warna. Tentang masa kecilmu yang nakal dan bahagia di Singkawang sana, hingga masa mudamu yang penuh gejolak di rimba Jakarta. Bertahan hidup dikerasnya Ibukota, bekerja apa saja demi sesuap nasi untuk anak dan istri. Kenangankenangan itu begitu dalam membekas dalam ingatanmu sejelas kerutkerut yang menggurat di kening wajahmu. Iya engkau, wajah tua yang bersahaja, terbungkus tubuh letih yang merintih perih.

Malam semakin kelam. Tangis gerimis melagukan nadanada ritmis. Dingin angin menghembus perlahan. Dan kau masih di sini. Tegar menanti, hingga tiba saat untuk menepi.

oleh: Belongs2eti
Baca Selengkapnya - Sajak Pak Tua

Puisi Untuk Ayah

LELAKI ITU - Puisi untuk Ayah

Di ambang senja, lelaki itu di sana. Berdiri tengadah ke arah cakrawala. Jarinya yang gemetar sesekali menyentuh dahi, mengusap peluh tanpa keluh. Aku mengenalnya. Dia yang dengan tangannya mampu meretakkan gunung dan menguras lautan. Berharap menemukan sekeping asa, untuk diberikan kepada istri dan anaknya, bahwa esok, Tuhan masih bermurah hati pada mereka.

Kala senja, lelaki itu masih di sana. Menikmati semburat jingga di cakrawala. Bibirnya yang tipis menebar senyum manis. Aku mengenalnya. Dia yang dengan khusyuknya membaca kalam di setiap malam. Berharap menemukan satu pencerahan, untuk dinasehatkan kepada istri dan anaknya, bahwa kelak, setiap dharma yang tertunaikan pasti akan mendapat balasan.

Di tepi senja, lelaki itu tetap setia di sana. Menanti gelap menyelimuti cakrawala. Kakinya yang lemah sesekali oleng menahan berat tubuh rentanya. Wajah tuanya menyiratkan pengalaman hidup yang bersahaja. Aku mengenalnya. Dia yang telah menanam wujudku di rahim ibu.

: Ayahku

oleh: Belongs2eti

Salam puisi cinta....
Baca Selengkapnya - Puisi Untuk Ayah

Perempuan Itu - Puisi Ibu

PEREMPUAN ITU - puisi Ibu

Aku memuja perempuan itu. Di hadapannya, jutaan katakataku lenyap terhisap ke kedalaman matanya, ribuan warnawarnaku hilang tertelan bening matanya. Aku tak mampu melukisnya.

Aku selalu memuja perempuan itu. Di hadapanku, dialah lukisan Tuhan yang paling sempurna. Dia yang pernah membenamkan tubuhku di rahimnya.

: Ibuku

* Selamat ulang tahun yang ke-61 (8 April). Baktiku untukmu Ibu.

Salam puisi cinta....
Baca Selengkapnya - Perempuan Itu - Puisi Ibu

Hujan Yang Lalu - Puisi cinta

Hujan Yang Lalu

Puting-puting hujan jatuh
Menegur tanah yang mengaku
Udara kering menguapkan basah
Langit meluas burung-burung bergegas
Membawa kabar ke selatan
Matahari tergesa merapikan hari ke barat

Tak ada salam perpisahan
Antara mereka

Terik tadi hanya menitip warna diujung daun
Ranting kering juga di dahan yang pipih

Kita duduk berdesakan seperti hujan
Menghitung genangan air yang baru
Tanah berkedip meredam debu
Aku pergi
Ke persimpangan jalan
Tempat kau temukan jalan pulang
Jalan pulang
Dan aku merenggut kesendirian

oleh: Willi Azhari

Salam puisi cinta....
Baca Selengkapnya - Hujan Yang Lalu - Puisi cinta

Kau Meniup Jendela Itu Dengan Mulutmu

Kau Meniup jendela Itu Dengan Mulutmu

Aku melihat wajahmu di kejauhan, dibalik kaca jendela
Kau meniup jendela itu dengan mulutmu
Agar aku tak mampu menghitung rindu
Yang terhimpit diantara baris bulu matamu yang rapat

Tapi Kita adalah siang dan kelelawar
Tak lagi mengenal
Sampai kapan pun
Kecuali salah satu dari kita
Benar-benar menjadi malam

2010
oleh: Willi Azhari

Salam puisi cinta....
Baca Selengkapnya - Kau Meniup Jendela Itu Dengan Mulutmu

Sungai Buntu - Puisi cinta

Sungai Buntu

Angin darat membawa nelayan
Menagih rindu pada karang
Semisai buih berkejaran
Menindih ombak
Angin bertiup
Berlimburan
Menyapu

Lalu suara kelapa jatuh berdebum Di sisasisa perahu tua
Dan nama kita di pepasir
Memanggil serabut kerinduan

Karawang, 2008
oleh: Willi Azhari

Salam puisi cinta....
Baca Selengkapnya - Sungai Buntu - Puisi cinta

Di Taman Partere - Puisi Cinta

Di Taman Partere

Ikan-ikan resah tanpa percakapan
pohon beringin mengganti daundaun kering
melayang, jatuh bersujud ke muka tanah
ceracau burung bersenandung di dahan yang ramping
kuncup diujung tangkai berpesan pada musim

aku mencintaimu seperti ikan-ikan
resah
menangis
dan tiga patung anak kecil telanjang
di taman inimemikul tempayan
air mataku
terdengar gemersik angin
mengabarkan gerimis
bayang-bayang mataharigemetar
aku menuduhnya sebagai isyarat kematian

Bandung, 2010
oleh: Willi Azhari

Salam puisi cinta....
Baca Selengkapnya - Di Taman Partere - Puisi Cinta

Jumat, 20 Agustus 2010

Sekedar Menemani Dalam Kata - Puisi cinta

SEKEDAR MENEMANI DALAM KATA

Hadirlah kau seindah cinta
Diluar jendela pun tak apa
: saat begitu riuhnya pesona syahwat memedihkan mata,
Demi huruf-huruf yang berdansa
Melingkari sebuah rangkaian makna

Semua akan menjadi bahagia
: saat begitu riangnya pasangan pengantin muda,
o... indahnya bekerja
mencari segaris tenaga
untuk kunyatakan cinta.

Yogya’-tasik, Juni 2009
oleh: Aa Maulana

Salam puisi cinta....
Baca Selengkapnya - Sekedar Menemani Dalam Kata - Puisi cinta

Yang Sulit Kuutarakan - Puisi cinta

YANG SULIT KUUTARAKAN

Kalbuku terkoyak dengan jaring yang kau sulam sejak diujung malam
menjerat erat relung-relung perasaan semu
selalu beri harapan yang kuterjemahkan cinta
entah apa sebab, kubenci waktu yang terus jadi lembab
tak punya satupun jati diri,
ah,,, mau dibawa kemana akhir cerita ini?
Apakah hanya fiksi??
Atau akan nyata dan bersatu dalam nurani???
Ah,,, ini hanya sekedar celoteh atas kebimbangan hati yang penuh kecewa
Tak usah kau tanggapi dengan emosi
Namun jawabanmu, harus berasal dari intuisi hati,,
Wahai mustika….

jogja, April 2010
oleh: Aa Maulana

Salam puisi cinta....
Baca Selengkapnya - Yang Sulit Kuutarakan - Puisi cinta

Tiada Lagi Kurasa - Puisi cinta

TIADA LAGI KURASA

Tiada lagi kurasa
derasnya hujan
dinginnya malam
Tiada lagi kurasa
teriknya matahari
terikan kasih sayang.

Tiada lagi kurasa
kejamnya pasukan
gebukan tangan kuat
tangis dan luka darah

tiada lagi kurasa
terkapar di kolong jembatan
tak yang datang melawan
penyakit merenggut nyawa

kuhanya dapat berpasrah
berharap hanya pada yang di atas sana
Dia yang selalu menyapa, mengasihi, menyelimuti
hingga aku mati kelaparan

oleh: Martina Mete

Salam puisi cinta....
Baca Selengkapnya - Tiada Lagi Kurasa - Puisi cinta

Oh, Bhineka Tunggal Ikaku - Puisi

OH BHINEKA TUNGGAL IKAKU

Kumalu menulismu
Kumalu mengucapmu
Kumalu menamakan diriku bangsa
Karena aku dan kamu tak lagi satu

Oh BHINEKA TUNGGAL IKAKU
Begitu anggun sentosamu
Syair lagu tak lagi menggambarkanmu
Beduk riuh menggalahkamu
Jerat dosa menahammu
Dalam sukma yang tak lagi mengenalmu

Oh BHINEKA TUNGGAL IKAKU
Suku, agama, ras telah merampasmu
Kau tak lagi kupadang wajah manismu
Tercoret oleh api amarah keegoisan
Berbeda-beda tetapi tetap satu hanya nostalgiaku
Namun kuharap kau masih diaku
terlalu indah bagiku
karena negaraku akan maju

oleh: Martina Mete

Salam puisi cinta....
Baca Selengkapnya - Oh, Bhineka Tunggal Ikaku - Puisi

Andai Kita Punya Hati - Puisi cinta

ANDAI KITA PUNYA HATI

Andai kita punya hati…
Muara kebencian makin tertapis
kemunafikan kian terhimpit
Senyum kembang bahana bari
Riang hati sepanjang hari

Andainya kita punya hati….
Tak dikejar dan dibenci
Dunia sembuh dari sakit
Api menjilat tiada berarti
Karena kita sama-sama punya hati

Andai kita punya hati….

oleh: Martina Mete

Salam puisi cinta....
Baca Selengkapnya - Andai Kita Punya Hati - Puisi cinta

Meja Hijau - Puisi cinta

MEJA HIJAU

Apa yang mesti kukatakan kawan
Kala warnamu kini kian pudar
Tergores daun-daun merah, hijau dan biru
Tertumbuk rimbunan rumput-rumput liar
Hingga kau tak lagi bisa berdiri tegak

Kutak bisa menyalahkamu
Karena kau hanyalah benda mati
yang dihanya digoyang oleh angin-angin
Tertutup mati, rumput-rumput meninggi

Sadarkah kau meja hijau
Posisimu untuk berlaga
Bergayung merambah yang benar
Buanglah daun-daun yang memedihkan mata
Maka kau akan selamat
berdiri tegak hingga akhir hayat

oleh: Martina Mete

Salam puisi cinta....
Baca Selengkapnya - Meja Hijau - Puisi cinta

Rabu, 18 Agustus 2010

Robohnya Rumahmu - Puisi Cinta

ROBOHNYA RUMAHMU

Hanya ada titik air mata melihatMu terkapar
Kutak bisa bergeming tuk melawan
Perih, duka merajam lubang hati yang tak berdaya
tergolek pilu diantara puing-puingMu
Merana menunggu ada yang tanggap
Namun tak ada rasa hanya kebencian yang meradang

Kenapa Kau diam, kudalam kemelut jiwa
Ku tak bisa tenang, memuja, memujiMu
Rasa takut kudipentung dan dikejar
Ku tak lagi bebas memuja
Meneriak kasih yang pernah Kau ajarkan
Karena aku takut dunia terlalu kejam
Terlalu banyak yang salah arah

Kuhanya tersungkur di depan parkir yang masih tersisa
Berdoa dalam hati agar Kau dan aku dihargai
Didengar oleh segelitir yang tinggi
paling tidak membiarkanku bebas berdiri
Namun kuhanya memetik angin
Karena yang tinggi tak lagi melirik

oleh: Martina Mete

Salam puisi cinta....
Baca Selengkapnya - Robohnya Rumahmu - Puisi Cinta

Aku Ingin Menyapamu Sekali Saja - Puisi cinta

Aku ingin menyapamu Sekali Saja
: Dr. Kusubhakti Handajani, M.Pd

Aku ingin menyapamu
tanpa harus kutahu siapa namamu
seperti daun yang tumbuh sekali pada semi
yang luruh tak kembali pada kemarau nanti
seperti tandan pisang yang tumbuh sekali saja
dan selepas itu terhapus jejak hidupnya

Njanti, 2010
oleh: Lubis Grafura

Salam puisi cinta....
Baca Selengkapnya - Aku Ingin Menyapamu Sekali Saja - Puisi cinta

Inagurasi - Puisi cinta

Inagurasi

Harusnya kudatangi dirimu malam itu
menarik selendang yang berkalung di lehermu
menari bersama gamelan yang bertalu
namun, tak juga kulakukan malam itu
sebab, seorang lelaki telah mendahuluiku

Njanti, 2010
oleh: Lubis Grafura

Salam puisi cinta....
Baca Selengkapnya - Inagurasi - Puisi cinta

Perahu Kertas - Puisi cinta

Perahu Kertas

Kutemukan dirimu bersimpuh di tepian kali
tanganmu lentik membelai arus sungai
sedang rambut panjangmu terlepas dari sanggul
tergerai di pundakmu

aku yang berdiri enggan menyapamu
hanya menulis madah cinta di selembar kertas
lantas, kulipat menjadi sebentuk perahu
kulayarkan pada kali yang arusnya menujumu
namun, perahu itu lebur sebelum sampai padamu

Njanti, 2010
oleh: Lubis Grafura

Salam puisi cinta....
Baca Selengkapnya - Perahu Kertas - Puisi cinta

Menggunting Waktu Dalam Lipatan Kertas - Puisi cinta

Menggunting Waktu dalam Lipatan Kertas

: Drg Ragawanti Dewi & Rendra F. Kurniawan, M.Pd

Pertama kali aku menemukan sepasang matamu
aku seperti berlayar dengan sampan rapuh
yang tiba-tiba tenggelam di kedalaman lautmu
tapi aku tak pernah berhenti menatapmu
sampai kau katakan kepadaku sebuah rahasia
kenapa mawar harus mekar di ranting penuh duri
sementara kau jadikan aku tersesat tanpa peta
saat menelusuri jejakmu pada cekung mata

tapi aku akan tetap selalu menatap senjamu
menerjemahkan kisah-kisah yang kau sembunyikan
tentang kau yang mesti bertarung sendirian
di atas ranjang yang nyawamu adalah taruhannya
itulah awal kutikam jantungku dengan ranting mawar

lantas, tiap pagi kuletakkan di depan pintumu
walau sempat kau menyentuhnya, tapi kau buang juga
dan, alir waktu kutandai pada lembar kertas sajakku
mesti kugunting dalam lipatan menjadi sisa-sisa
agar kau tak pernah bisa membaca satu tanda
yang kusembunyikan rapi di bawah jendela

Njanti, 2010
oleh: Lubis Grafura

Salam puisi cinta....
Baca Selengkapnya - Menggunting Waktu Dalam Lipatan Kertas - Puisi cinta

Menghapus Namamu - Puisi cinta

MENGHAPUS NAMAMU

: Andi dan Dina

Aku harus menghapus namamu
pada pelepah kayu yang tumbuh di ulu hatiku
sebab, namamu tak mesti tumbuh di situ
biar waktu menjelma api menghanguskan abjadmu
lantas kuharap angin menerbangkan abumu
menyatu padu dengan mendung kelabu
yang hujan deras luruh selepas itu

Njanti, 2010
oleh: Lubis Grafura

Salam puisi cinta....
Baca Selengkapnya - Menghapus Namamu - Puisi cinta

Pertanyaan Laut - Puisi Cinta

PERTANYAAN LAUT

benarkah laut tiap sore akan menidurkan debur ,
seterbiasa nila yang bergegas berlari pulang ke pangkuan warna.
seharian letih bermain dalam sendiri.
merencanakan kata-kata .
: pantai tak pernah sepenuhnya mengurung senja dalam ragu.


tapi benarkah pantai tak lagi bisa menjadi tepi yang gigih menduga,
ketinggian ingin,
yang sering nyiur antara kegugupan

oleh: AF Kurniawan

Salam puisi cinta....
Baca Selengkapnya - Pertanyaan Laut - Puisi Cinta

Anak-Anak Kita - Puisi Cinta

ANAK-ANAK KITA

anak-anak dik,

tiap hari keluar dari mulutmu.

ia sungguh kalimat yang lucu-lucu.

aku jadi heran.

sebelum kita bersetubuh.

tanganmu sudah lebih dulu jadi amuba.

membelah diri menghidupi jasad kata-kata.

aku heran.

kita jadi sepasang pengantin tanpa alat kelamin.

hingga menurutku,

janin-janin, bakal anak kita itu,

tak lagi perlu dinding rahim.

mereka cuma perlu kita didik ,

menghafalkan bagaimana mengucap amin.


oleh: AF Kurniawan
***

Salam puisi cinta....
Baca Selengkapnya - Anak-Anak Kita - Puisi Cinta

Rasa Sakit yang Lupa - Puisi Cinta

RASA SAKIT YANG LUPA

dadanya kini sekantong rapuh ketika
berbagi napas dengan udara.
tapi bagaimanapun juga pada rapuh sekerdip itulah,
kuncup ini pernah bermula,
bercerita tentang garis pantai yang sabar
merawat badai dengan dua lengan penuh luka

kau tahu setelah itu diam-diam,
tubuh waktu menyediakan separuh musim hujannya,
menampung gemuruh api setinggi tsunami
yang kemudian teguh mengerucut
menggelamkan segala benda yang mempunyai nama.
membakar tiap perumpamaan
yang bermukim dengan tenda-tenda sepadat dermaga .

adakah lagi disini,
buram gambar peta pusat kasedihan yang dulu,
menjadi saksi mulut usia ketika kali pertama
belajar menelan purnama.
aneh, bagaimana mungkin suara -suara itu
sampai tak ingat bagaimana cara menjerit.
padahal rasa sakit ini,
baru beberapa hari yang lalu rapat dan tuntas dijahit.


oleh: AF Kurniawan
***

Salam puisi cinta....
Baca Selengkapnya - Rasa Sakit yang Lupa - Puisi Cinta

Sehabis Makan Malam - Puisi Cinta

SEHABIS MAKAN MALAM
: juni


engkau yang datang sambil menyeret bandul jam.
yang kutakuti sebagai utusan penarik upeti.
namaku juni, cantik dan dinamis.
begitu kau selalu menyapa diri sendiri.
ya, selalu saja aku hampir lupa.
disaat kau bersila,
membacakan mantera pada angka dua puluh dua.
mengecatkan warna belia pada ruang pribadi ingatanku.

aku masih sibuk di ruang tengah,
mengaduk kopi, menambahkan gula,
bersiap menjadi makan malam sederhana
diantara kursi dan meja.
aku tahu , diatas meja, kau adalah titik
dimana segala garis silang saling bertemu.

semerah gerak yang berumah pada darah
sekilas penglihatan yang dikenakan oleh mata.
sedenting pendengaran yang dipakaikan untuk telinga.
letih sungguh usia ini dipinjam tubuh.

kita, lilin. Korek api.
makin pucat.
makin cacat.

Salam puisi cinta....
Baca Selengkapnya - Sehabis Makan Malam - Puisi Cinta

Selasa, 17 Agustus 2010

Pesan Untukmu - Puisi cinta

PESAN UNTUKMU

Padamu.
Pesanku lebih dulu jadi kertas
di genggam hujan.
Yang terbaca cuma batas jalan,
Sungai, batu kali, dan naifnya keraguan.
Kau mencariku,
membolak balik tiap halaman.
Namun percuma.
Tak ada aku disitu.

Padamu.
Kisahku kadang ingin berpaling.
Mencari bibir lain
yang lebih mahir mengucapkan sihir.
Barangkali kudapat rongga lebih lapang,
Menerima alamatku yang baru,
Sesudah nanti kubangun rumah
dari rumput dan aroma tanah .

Namun sia sia.
Tak ada yang lebih mungkin.
Tak ada yang lebih paling.
bagiku janin yang terlanjur dikutuk rahim.

oleh: AF Kurniawan
****

Salam puisi cinta....
Baca Selengkapnya - Pesan Untukmu - Puisi cinta

Kupu-Kupu Di Dalam Saku - Puisi Cinta

KUPU KUPU DI DALAM SAKU

ia bukan kunang kunang,
yang bisa mengundang tanggal kematian.
dan menyusupkanya pada patahan kuku.
barangkali cuma pembatas halaman.
kabar akan datang seseorang,
mengisi daftar hadir di buku tamu.

sayapnya terbelah,
dibawah kenangan yang pernah direnggut dari
tengkuk seorang perempuan.
yang melarva,
terbelit serabut dari bahan rafia.
seperti itulah ia sejak jadi kepompong.
melihat dunia cuma sebatas lingkaran teropong.

timpang.
ringkih.

oleh: AF Kurniawan
***

Salam puisi cinta....
Baca Selengkapnya - Kupu-Kupu Di Dalam Saku - Puisi Cinta

Sunyi Cinta - Puisi Cinta

SUNYI CINTA

Sunyinya cinta itu katamu.
cuma berisi jembatan
yang menanyakan jalan pulang.
Bibirku masih getas kayu di pinggiran taman.
Tampak makin gelap, mudah patah.

Sunyinya cinta itu katamu.
Sekedar bisik bisik.
Dari keraguan yang di kaburkan kabar.
Ketika kita masih ingin memanjat kepastian.
Licin, ditumbuhi arah, dan kita seperti pernah sampai.

Sunyinya cinta itu katamu.
Mengantarkan perempatan ini lagi.
Kepada punggung kita yang tak sengaja berhenti.
Dari penyesalan.
Malam malam, di tengah hujan.
Lantas berteduh dalam satu payung yang gamang.

Sunyinya cinta itu kataku ,
: adalah puisi. Yang tiap barisnya menjelma bisa,
saat aku hendak mengubahnya jadi panggung sonata.

oleh: AF Kurniawan
***

Salam puisi cinta....
Baca Selengkapnya - Sunyi Cinta - Puisi Cinta

Cangkir Kopi - Puisi Cinta

CANGKIR KOPI


bibirku mencari-cari bibirmu.
selain pandai mencecap,
ia, bibirmu juga mahir membaca takdir.
tak seperti tatakan.
yang cuma pasrah.
dengan sikap menengadah.
cuma tahu setia,
menjadikanya daur ulang jam kerja.
mulai pukul tujuh dan selesai pukul tiga.
bibirku bosan dengan keteraturan.

betapa girang,
jika di sabtu petang,
bibirmu datang,
dan berteriak memesan.
lihat, betapa bibirku begitu terangsang !


oleh: AF Kurniawan
***

Salam puisi cinta....
Baca Selengkapnya - Cangkir Kopi - Puisi Cinta

Pacar Puisi - Puisi Cinta

PACAR PUISI

pacar puisi berdiri di depan pintu.

mengangkat tubuh kata-kata yang penuh luka.

lengking mengerang sehabis seharian berperang.



kata kata merindui bak mandi.

lingkaran penuh busa dan air mata.

ingin terlentang di air hangat.

ingin lekas bersih dari racun kalimat.


oleh: AF Kurniawan
***

Salam puisi cinta....
Baca Selengkapnya - Pacar Puisi - Puisi Cinta

Resep - Puisi cinta

RESEP

bibirmu selalu saja resep yang kurang.

tak pernah sesuai takaran.

aku menjadi dapur disana.

memanggang apa-apa yang

yang bisa membantu bibirmu sebara dulu.

kertas kubakar.

plastik kubakar.

kayu kubakar.

bukan.

ini bukan acara kremasi.

atau pengkhianatan api

saat sri rama bercuriga pada shinta.

cuma rasa berkabung.

cuma ejakulasi yang selalu dibendung.

kadang kegagalan menghadirkan posisi tawar menawar.

mau tak mau,

kitalah yang berlomba melahap keramaian pasar.



kau membentak.

aku teriak.

mengundang tepi lidah.

bersama mengunyah barang pecah belah.

oleh: AF Kurniawan
***

Salam puisi cinta....
Baca Selengkapnya - Resep - Puisi cinta

Jika Sempat Ingat - Puisi cinta

JIKA SEMPAT INGAT

seakan kembali diingatkan.

saat dulu pernah keberangkatan

menanyakan tujuan.

arah-arah hadir, atau sengaja dihadirkan.

oleh telunjuk dan telapak tangan.



sampailah riuh pasar itu.

datang berpura-pura jadi pengganggu.

dan lagi-lagi,

langkah kehilangan penerjemah.

begitu banyaknya bahasa.

ingin menghapus makna dari niat tulus.

mata membuka lagi denah.

barangkali masih tersisa tanda panah.

ternyata cuma berisi kalimat-kalimat yang salah.



tas di punggung,

berisi sedikit air minum.

kini tenaga,

makin sering bertanya.

mampukah sebelum senja,

kita sampai disana


oleh: AF Kurniawan
***

Salam puisi cinta....
Baca Selengkapnya - Jika Sempat Ingat - Puisi cinta

Minggu, 15 Agustus 2010

Mata Ibu - Puisi cinta

MATA IBU

#1

mata ibu tiap sore jadi pelangi.

seharian ia masukkan beragam warna

dari kotak televisi.

warna warna itu adalah baju dari

tiap program mata acara.

kilas berita.

dan selingan pariwara.

aku jatuh hati pada mata ibu.

mata ibu mengingatkanku pada

dongeng perselisihan hujan dengan matahari.

andai saja,

ibu juga paham,

bahwa perselisihan bisa diakhiri

dengan semburat keindahan.

tentu ibu tak mungkin meminta pada ayah untuk diceraikan.



#2

mata ibu menjadi buku di malam hari.

lebih letih dari tiang lampu jalan raya.

yang berbagi penerangan

pada pejalan kaki,

maupun pengemudi kendaraan.



sengaja ia masukkan

berbagai macam halaman, judul koran,

daftar isi, indeks, bibliografi.

juga sedikit kalimat yang disadur dari ungkapan lisan.



jadi manusia itu mesti berilmu,

demikian sering ia ucapkan padaku.

aku jatuh hati pada mata ibu.

mata ibu mengingatkanku pada sebuah dongeng,

tentang sebuah kutukan yang berakhir karena

dua tokohnya saling memaafkan.

andai saja ibu mengerti,

bila menerima kembali juga bagian kebijaksanaan.

ibu tak mungkin menyimpan dendamnya pada ayah

sampai pangkal tenggorokan.


***

oleh: AF.. Kurniawan, sumber: http://oase.kompas.com/read/2010/08/04/00404763/Puisi.puisi.AF..Kurniawan.
Baca Selengkapnya - Mata Ibu - Puisi cinta

Puisi Kemerdekaan - Indonesiaku

Puisi Kemerdekaan ini untuk menyambut datangnya hari Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 2010 nanti.

INDONESIAKU

Malang nasibmu, Indonesiaku...
tiga setengah abad engkau di jajah
kucuran keringat dan darah, harta sekalipun nyawa di korbankan para pejuang.

63 tahun silam engkau bebas dari penjajahan, kata mereka.
malang nasibmu, indonesiaku...
engkau berada di tangan para penjilat harta dan tahta
sang merahputihpun tetap berkibar di sana, seakan menampar muka para penguasa korup
Burung garudapun tetap bertengger di sana.
Burung garuda berkata "hai penguasa...! turunkan aku dari sini, kau merongrong indonesiaku"
merekapun diam membisu, di anggapnya patung tiada guna.
malang nasibmu, indonesiaku...
mereka berebut kekuasaan...

Salam Puisi Kemerdekaan....
Baca Selengkapnya - Puisi Kemerdekaan - Indonesiaku

Sadarku - Puisi Cinta

Sadarku

Nyiur melambai-lambai indah di pematang sawah

nina-bobok Ibu pertiwi selagi angin sepoi-sepoi
tiba-tiba badai menerjang
sontak terbangun aku.
Siapa hidangkan keraguan....?
laut berbuih putih, terombang-anbing.

Gunung mengeluarkan abunya
sawah,ladang menjadi subur

para petani berkata
“Ibu pertiwi, terimakasih”


Sesampainya penghujung keraguan ini
aku akan selalu bersamamu ibu pertiwi
salam dari anak yang tak tahu diri
sesalkan impian-impian masalalu
lari terbirit di kejar waktu

Salam puisi cinta....
Baca Selengkapnya - Sadarku - Puisi Cinta

Di Desaku - Puisi Cinta

DI Desaku

Kabut hitam menyelimuti gunung
suasana pagi di desaku

Jalan bertanjak menikung tajam
Jalan berbatu dan berdebu

Riuh bocah kecil permainan kelereng
bola-bola karet malambung

Langkah tegar pak tani dan bu tani
memburu sekarung padi

Ayam jago rebutan betinanya
menthok yang mencari cacing di gangnya.

Tersimpan di memori yang terdalam..

Salam puisi cinta....
Baca Selengkapnya - Di Desaku - Puisi Cinta