Minggu, 09 Januari 2011

Puisi Pagi Yang Teraniaya

Pagi Yang Teraniaya

Pagi yang teraniaya
Mulut terbakar hisap kepahitan
Jerit kami lihat bunda
berdandan di dapur.sedang bapak
tuangkan tuak di air susu.

Terlihat murung, getir berbekas
satupersatu bibir terkelupas
oh ucapan kami menjadi telanjang
kami berteriak-teriak hisap kesepian pagi

Akhirnya kami cucup segar embun
terselip diantara belahan dada pelacur
yang pulang kesiangan. ah kami nikmati
manisnya sisa cintanya

Bekasi, 21012009

Puisi cinta | Puisi 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar