RASA SAKIT YANG LUPA
dadanya kini sekantong rapuh ketika
berbagi napas dengan udara.
tapi bagaimanapun juga pada rapuh sekerdip itulah,
kuncup ini pernah bermula,
bercerita tentang garis pantai yang sabar
merawat badai dengan dua lengan penuh luka
kau tahu setelah itu diam-diam,
tubuh waktu menyediakan separuh musim hujannya,
menampung gemuruh api setinggi tsunami
yang kemudian teguh mengerucut
menggelamkan segala benda yang mempunyai nama.
membakar tiap perumpamaan
yang bermukim dengan tenda-tenda sepadat dermaga .
adakah lagi disini,
buram gambar peta pusat kasedihan yang dulu,
menjadi saksi mulut usia ketika kali pertama
belajar menelan purnama.
aneh, bagaimana mungkin suara -suara itu
sampai tak ingat bagaimana cara menjerit.
padahal rasa sakit ini,
baru beberapa hari yang lalu rapat dan tuntas dijahit.
oleh: AF Kurniawan
***
Salam puisi cinta....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar