Sabtu, 21 Agustus 2010

Sajak Pak Tua

Salam puisi cinta....

Sajak Pak Tua

: Steffanus Olloth Pilling



/1/ Jari gemetar

lelah toreh sejarah:

Senja menepi

(haiku 5-7-5)

/2/Malam kian temaram. Bias cahaya rembulan tak lagi menawan. Bahkan kerlip bintang semakin menghilang, tertutup awan yang berarak beriringan dan mewujud mendung yang menggantung. Kau masih di sini, menikmati malammalammu yang sunyi. Berteman dingin angin yang menghembus perlahan, seirama denyut nadimu yang semakin pelan.

Lalu kau pun akan kembali bercerita, mengurai perjalanan hidupmu yang penuh warna. Tentang masa kecilmu yang nakal dan bahagia di Singkawang sana, hingga masa mudamu yang penuh gejolak di rimba Jakarta. Bertahan hidup dikerasnya Ibukota, bekerja apa saja demi sesuap nasi untuk anak dan istri. Kenangankenangan itu begitu dalam membekas dalam ingatanmu sejelas kerutkerut yang menggurat di kening wajahmu. Iya engkau, wajah tua yang bersahaja, terbungkus tubuh letih yang merintih perih.

Malam semakin kelam. Tangis gerimis melagukan nadanada ritmis. Dingin angin menghembus perlahan. Dan kau masih di sini. Tegar menanti, hingga tiba saat untuk menepi.

oleh: Belongs2eti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar