Sabtu, 23 Oktober 2010

Puisi Imaji

Imaji

Pada jalanan berdebu menuju satu alamat di secarik kertas, lusuh kumal ronanya seperti jaket yang memeluk tubuh seorang pemuda, dengan wajah keruh serta mata nan sayu
"aku, harus sampai, harus cepat, sebelum pesta di mulai "
"hei sabarlah sedikit tuan, sudah sesak aku sedari tadi kau pacu "
Tiba-tiba ada suara mengagetkan dirinya, menghentikan racaunya yang galau sambil berjalan.

lihat sekitar
namun hanya menemu belukar
lantas siapa itu
menyeru aku
siapa, siapa, siapa ?


senyap, merayap tanya
namun tak jua berjawab, walau sekedar tanda
untuk mengetahui siapa berkata
siapa, siapa, siapa ?

Jawab tak kunjung tertuai, sehingga dia makin percepat langkahnya, setengah berlari, lalu tiba-tiba terbang, mengangkasa, mengitari birunya lazuardi, namun dia rasa sakit teramat sangat, merejam setiap lekuk tubuhnya.

"ah, aku seperti di kuliti, dari tempat pembantaian, aduh, duh, sakit "
Dia berteriak menjerit, sehingga awan-awan bubar, lalu langit bergetar, bergemuruh lantas menyambung gertak ke suara memekak pemuda itu dengan halilintar, sehingga derai matanya serta mata langit bersatu dalam hujan.

bumi basah
oleh tangisan langit
sementara, orang-orang berkumpul
melihat jasad kaku tergeletak setelah tertabrak
sepeda motor, yang tiba-tiba kehilangan arah
serta keseimbangan, brak, rak, rak, rak
berderak satu dengan tulang rusuk
pemuda lusuh, berjaket kumal
dengan secarik kertas
masih tergengam
di jemari
lemah
nya

" hei, tuan akhirnya kau dapat melihatku "
tiba-tiba suara itu hadir lagi, tapi kali ini dia dapat melihat dengan amat jelas dalam pangkuanya.

Dia telah mati !

Salam puisi cinta....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar