sore itu
sore itu setelah resmi menjadi suami di hadapan
penghulu mertua saudara tetangga dan famili
istriku dan yang lain nya menangis dengan seikat
puisi yang kujadikan mahar mereka menangis
lebih dari 10 menit awalnya kukira karena hebatnya
puisi yang kupersembahkan ternyata tidak
tangisan itu sebagai ekspresi kesedihan dan rasa malu
mereka karena dapat menantu petani kata
dalam hati aku bergumam betapa buruknya
laku penguasa dan pejabat negeri ini mereka
hanya mengajarkan kelancaran birokrasi proses
hukum dan hak mengakimi karena uang sementara
mereka tak mengajarkan perjuangan hidup rakyat
agar menjadi terang
sekarang aku harus mengajarkan istri dan
mertuaku tentang bagaimana liciknya penguasa
yang mengabadikan kebodohan pada rakyat
serta mengajarkan keyakinan kalau uang dan jabatan
bukanlah segalanya tapi keyakinan dan semangat hidup
itulah mahar yang akan membuka jalan ke depan
dan alat perlawanan terhadap kedzoliman
indramayu 1995 – 2010
Salam puisi cinta....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar