Minggu, 24 Oktober 2010

Puisi Memoar

Memoar
Nu...
Sepagi ini kau menggigil, lengan mendekap dada, harap ada pemantik api yang tiba-tiba berpijar dari sela-sela jemari, bukan lamunan kosong bila matanya mulai menjenuh dalam angan-angan, berbalik sambil menutupkan kembali jendela, sebelum hujan memanggil.
Api-api sebelum harap, telah di suluh jauh di waktu malam, lalu kenapa gigil telah mematikan ingatan, sehingga angan menjadi hiasan permulaan langkah.
Sebaiknya, mencari penyumpal mulut sebagai penganjal perut sedari kemarin petang tak di suapsuap, agar doa tak lari ingatan, seperti gigil membawamu lari ke dalam angan
Hei !

Ada pisau di ujung meja, terbersit akal untuk memenggal temali angan yang sudah berpilin jalin di otak.
tak jadi makan
pisau saja
saat pagi berbunga
akan musim seribu angan

Pisau saja !

Salam puisi cinta....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar