Kamis, 21 Oktober 2010

Puisi Kita Boleh

kita boleh

kali ini kita boleh hidup bersama hujan tikus
coro semut dan angge-angge yang keluar masuk
cari makan serta perlindungan bersama dingin
bau sampah atau kardus setengah basah yang
melembabkan punggung kita diantara
malam pinggir kali sisi rel kereta atau di belakang
bangunan megah yang tak kita ketahui siapa ketua
rt dan rw nya

boleh kita boleh hidup seperti ini kata
pak guru sembari belajar berhitung dan
mempertajam ingatan berapa nyamuk yang
sudah kita tepuk malam ini dan berapa kaleng
cocacola tutup botol air mineral dan gelang karet
yang kita kumpulkan dari setiap tong sampah
dengan membaca barisan kata dari peristiwa basi
di potongan-potongan koran yang dikilo serta
tentang nama-nama saudara senasib yang
dihakimi massa karena dituduh mencuri lalu baru
dihakimi polisi dan jaksa sebelum hakim
memponisnya jadi penghuni penjara

atau para koruptor maling bangsat pecundang
negara yang masuk rumah sakit karena pura-pura
jantungan depresi mag dan ambeien ketika
diverbal jaksa

boleh kita boleh hidup seperti ini sebelum tuhan
benar-benar berpihak pada kita dengan terus
belajar membaca berhitung mengkali membagi
mengurangi angka-angka yang tertera pada
daftar nasib di papan tulis raksasa ini dengan
terus belajar jadi rakyat hukum dan
hakim bagi orang lain dan diri sendiri
sebab selama ini kita hanya diajarkan
untuk jadi rakyat yang harus tunduk pada hukum
dengan bahasa licik penguasa bahasa telur
busuk penyelenggara hukum bahasa banci
para penegak hukum dan bahasa culas
petinggi negara yang mengatakan kalau kita
semua sama dimata hukum tapi sebenarnya
berbeda dimata hakim

oleh sebab itu kita harus belajar tau esensi
rakyat esensi hakim dan esensi hukum
boleh kita boleh hidup seperti ini
tapi tidak boleh menyerah dan lemah kita
harus kuat kaya berani dan melawan
segala bentuk pengusiran penggusuran rongrongan
dan penindasan

indramayu, 2010

Salam puisi cinta....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar