Bayang
mengapa tak kau datangi saja malam
bukankah ia yang selalu meredam seribu tangisan
di dasar matanya yang kelam
atau kau berbincang dengan kerumunan gemintang
bercerita tentang sekerlip kunang-kunang
berputar menyusuri rawa-rawa
barangkali ia terjatuh dari puncak gugusan
dan sedang mencari jalan pulang
ah, sedih itu masih berbayang
berjuntai menutupi sudut ruang kenang
dan musim terasa sangat lamban
berjalan…
Jakarta, 17 Juni 2010
Salam puisi cinta....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar