Sabtu, 25 September 2010

Puisi Seperti Senyummu

Tapi Seperti Senyummu

Saat rembang mengalih wajahmu nan coklat menjadi kemerah-merahan
Dalam sudut paling sunyi, kusenyap rindu untuk mendekati nadimu,
Merasakannya bergetar, adakah gugup dengan dentuman yang tak biasa?
Kuresap nafasmu untuk beberapa saat lamanya, kemudian ku biarkan mentari mengubah wajahmu nan kemerah-kemerahan menjadi coklat tua kembali.

Pasir-pasir ramai itu menyaksikan kita mengejar ombak. Tapi mereka hanya diam, membiarkan kita disapu basah oleh air laut asin. Mereka tersipu ketika kita sama-sama malu.

Dan kau tertawa sangat manis, ketika mendapatiku jatuh terkaget diserempet riak besar.

Ah, sore itu manis sekali kau rupanya.

Seperti mimpi semalam yang merayap tanpa diundang, namun aku ingin dia datang lagi, membawamu dalam kereta kencana yang ditarik kuda poni putih. Kau tersenyum seperti di pantai saat ini.

Ah, ternyata memang manis sekali kau rupanya. Ku kira hanya dalam mimpi.

Salah juga otak memberi ruang untuk prasangka bersarang. Bodoh saja hati mau membagi kamar dengan segala duga tak berupa. Jika ada bunga mawar merekah di tangan, kenapa aku selalu melihat durinya, lalu berpikir untuk memiliki bunga plastik saja.

Ah, ternyata kau adalah bunga mawar merah yang memang sedikit berduri.

Dan kau tahu, durimu manis sekali, bukan seperti gula, bukan seperti manisan, tapi seperti senyummu.

thediezone

10052010

Dedi Supendra

Salam puisi cinta....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar