MENJADI PETANI
: NYALA IMANA
dari tebing kecemasanku yang curam, aku menggigil
menahan rindu serta ragu. tapi masih kukenang
sawah yang bugil dan coklat itu adalah tubuh perempuan
di rahimnya yang basah telah kupesan bulan madu terpanjang
yang kelak akan mengandung dan melahirkan anak-anak kehidupan
selalu akan tumbuh padi-padi yang indah dari fikiran-fikiran yang diruncingkan
sedang tarian air selalu mengalir dengan sendirinya
dari lembah ketulusan yang disunting kesabaran
dari puncak terjauh sungai waktu begitu risau mengalun
menyeret kesendirianku meloncati pematang demi pematang
dan aku telah berulang kali menghamilimu sepanjang musim
dengan bajak yang terkokang dalam sajak
dengan kata-kata yang mengepul dan menjelma sebotol arak
akupun mabuk dan extase berulang kali
tapi masih harus kusempurnakan setubuh ini
meski aku tak hentinya melumpuri jiwa dengan cinta
sawah sejati adalah usiamu sendiri
terbujur antara kaki ibu hingga kaki kuburmu
di mana di dalamnya terhampar tanah subur
yang harus kaubajak dengan fikiran-fikiran terbijak
keinginan adalah benih termurni yang kau tanam sesungguh hati
yang kelak akan kaupanaen sebagai pahala abadi
jika ketulusan menjadi satu-satunya pupuk
yang membasuh segala gerak sera doa-doa yang kaureguk
menjadi petani adalah kesepakatan dan pilihan
bukan kutukan atau hukuman atas perselingkuhan adam
yang diwariskan
Tasikmalaya, 2009
Salam puisi cinta....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar