Rabu, 22 September 2010

Puisi Hidzib Sang Petapa

HIDZIB SANG PETAPA

Tahun tahun pertapaanku mungkin hanya debu kesia siaan yang menguap di udara
Bersama kembang tujuh warna telah kutabur mantra ke atas peti matiku yang dingin
Aku menyerupai keteguhan batu wulung yang dihuni anasir anasir ghaib
Sedang rajah langit dan bumi masih saja dibayangi gumpalan kabut hitam
Tak ada jalan pintas bagi seorang penyair, sindir batu akik
sambil memeram cahaya bulan di perutnya
Tanpa ketabahan kau akan perlaya disantet kata kata
Seorang pengkhianat akan mati lebih cepat dari usia semestinya
Kini aku sebilah keris berwafak yang dikekalkan ratusan asap dupa
Hatiku mungkin sekepal kemenyan hitam yang kecoklatan
Kesaktianku kini kian melimpah. Bumi dan langit kusishir menjadi pakaianku
sekaligus batu asah yang menderu
Kepadaku pasir dan serangga makin fasih berbicara
Dan aku makin memahami kesedihannya
Akupun menghitung lekukkan usia serta ketajaman yang disimpan mataku
Berulang kali langit kurobek dengan keliaran tubuhku yang terus meliuk
Lalu hujan turun lebat sekali membanjiri mimpi mimpi
Aku semakin kasmaran kutarik tubuhmu ke ranjang basahku
Sepanjang hari aku mensyukurinya dengan tarian yang menyemburkan wewangian
Aura auraku kian menyilaukan. Sebab kearifan telah disarungkan para dewa di
hatiku
Di tubuhku dedemit dan para iprit menakutkan kukembalikan ke tempat asalnya
Agar kau mampu memandang wajahku dengan jelas dan lekat
Sebagai sajak

2010

Salam puisi cinta....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar