Kamis, 23 September 2010

Puisi Kematian Sangkuriang

KEMATIAN SANGKURIANG

perempuan itu tak sedang menenun rumah laba-laba,
saat gigil didatangkan hujan mencari teduhan.
sementara kau lebih tahu , beranda rumahnya telah lama kehilangan kanopi.
sejak badai-badai sengaja diutus ngarai.
memberikan warna pirang pada rambutnya yang terburai.

lantas kau masuk.
meminta pada jemarinya agar meneruskan bermain harpa.
katamu, kau ingin belajar mencintai nostalgia.
tapi lihat.
sebenarnya kau habis berburu atau diburu,
kepalamu,
ah kepalamu berisi kota-kota tua, pabrik mesiu,
dan bekas terbakar toko sepatu.
jalan-jalannya telah membenamkan jam, portal,
dan asap kendaraan.
memandai isi kepalamu sekeras logam.

hari belum cukup malam, hujan sudah reda.
ketika ia minta
agar kau kembali ke hutan.
tempat nama-nama tumbuhan diciptakan.
tempat kali pertama sepasang manusia berjatuhan,
diusir Tuhan dari ketinggian.

tapi matamu berkeras,
aku jatuh hati pada burai pirang rambutmu !
kutemukan teduh sarang bagi kepak segala terbang.
tegasmu,
sambil memasangkan peledak rakitan,
di lehermu dan lehernya.

sebelum ia sempat minta,
kau bangun bendungan semalam jadi.
sebelum ia minta
kau tertawa seribu kali dengan geraham yang lebih baja
agar ia yakin,
kau bukan wajah karibnya yang mengekal dalam pigura.

percuma.
nyala sudah korek api.
jarimu jarinya terlanjur,
menghitung mundur.

5,4,3,2,1…

***

AF. KURNIAWAN
semarang agustus 2010

Salam puisi cinta....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar