Rabu, 22 September 2010

Puisi Di Dalam Kereta

DI DALAM KERETA

Katamu, stasiun adalah isyarat keberangkatan dan kepulangan
bagi setiap perjalananmu
Tapi kau selalu datang dan pergi dengan derit yang menyakitkan
hingga kabut selalu turun menyelimuti hangatnya percakapan
Melulu aku gelagapan meski telah kulengkapkan sejumlah perbekalan
doa doa serta surat cinta warna merah muda
Tak ada tiket gratis di sini, desis masinis dengan wajah sedingin moncong
senapan
Aku kian menggigil di ujung kepedihan bangku bangku
Sedang gerimis yang mengantar langkahmu adalah bahasa lain
dari kekecewaan yang tak terucapakan
Lalu lengking peluit menjeritkan sebuah keberangkatan di hatiku
yang tak bisa ditahan
Sepanjang rel aku menghitung gerbong usia dengan lembar kalender
yang berjatuhan ke dasar jurang
Tak ada yang tersisa, kecuali gemuruh langkahmu membayangi ingatanku
sedang bangku bangku dan pintu pintu itu kian dingin dan membeku
tapi selalu ada kunci lain bagi setiap rahasiamu
Aku terkejut ketika seorang perempuan tua terbakar kesia siaan
dan itu yang paling kutakutkan
Dari lubang jendela hatiku ke arah langit masih sempat kubaca isyarat lain
Tapi masa depan tetaplah sebuah terowongan
Gelap dan dingin

Tasikamalaya,2010

Salam puisi cinta....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar