Selasa, 14 September 2010

Kidung Isteri Jelita - Puisi cinta

Kidung Isteri Jelita
Oleh : D. Dudu A. R.

Paras tak berbedak selalu dedakan nafas puja
Memandang anggunmu bak mereguk seembun air
Di padang gersang.
Belalakkan mata menakjubi Hawa Sang Kuasa

Tak ‘kan mampu mutiara pun berkata
Atas kartikamu beraura di mata berkaca
Sungguhlah anugerah tiada tara, jelitamu.
Menjelajah jiwa dalam kembara

Sayu mata di dinding lukisan meneduh gundah
Menatap ayu kepadaku, yang melirik syahdu.
Seolah menggenggam gumpalan rindu
Menswakarsa tulus, berpulas elus kesejatian

Seraya tasbih menjamah kalbu, terbujur luruh.
Mengingat. Ragiwa syukuri makhluk tercipta
Berufuk elok di segala mata angin tak bersudut arah
Barat, Timur, Utara, Selatan samalah aku kira berselibut pesona

Menggerayangi mega, menguning langsat di senja
Di bola matamu yang bilau nan berpipi mengilau
Sekiranya cerahmu ini adalah samudera arctic
Sudilah aku menjelajahi lautan yang berbahaya fanatik

Harum bunga melati yang ranum di dada
Mewangikan gelora mendegup jantung tak berjeda
Merayu puji untukmu, wahai purnama rembulan
Berbuah kasih, merelakan diri menjatuhkan raga
Di mulus tubuhmu yang mawar hingga bercumbu lillah.

Meski waktu adalah jarak
Meski langit adalah batas
Meski ubun-ubun menungku bara
Kurelakan kau tak menggugah disetiap mimpi menjarah

Desir-desir puisilah yang bisa kutenun
Menyelimuti lelapmu gantikan peluk selayaknya.
Menhangat renung bila terbangunkan mimpi, berharap ada.
Ketika ternyata di sampingmu hanyalah guling sahaja

Pun begitu, aku.

Aku, kau kini adalah tenung terjal yang rapat
Tanpa lelah menanti kabarNya, tentang kita.
Untuk disandingkan sebagai pasutri sejati
Disetiap kosong, sepi, sendiri, jua dahaga patri

Harap ini tak lebih hidangan di selasar senja
Untukmu dan aku, yang mematamorganakan angka satu
Sebuah nilai padu tat kala jiwa-jiwa rapuh merindu pilu
Ketika Batas ribuan sungai masih membelah jarak adanya kau dan aku.
Seperti kini.

Dawaikanlah kidung-kidung damai,
Taburkan melati, mawar yang kau, aku pun menikmati.
Meski berpapasan empat belas hari sekali,
Sudilah tengadahkan kerelaan di tangan lembutmu


Tasikmalaya, 1 Desember 2009

Salam puisi cinta....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar