Selasa, 14 September 2010

Kidung Minor - Puisi cinta

Kidung Minor
Oleh : D. Dudu A. R.

"Siapa yang harus aku ikuti?"


Begitulah setiap gemuruh membuat rusuh peluh
Di hati
Di jiwa
Di nyawa yang diselimuti keputus asaan


Telah banyak kekeliruan dari masa lampau
Yang akhirnya menjadi darah dalam daging
"Muslim", kata bibir yang mengaku mukmin
Berdustalah si dirinya, si diriku yang menulisinya.

Semenjak wasiat kekasihNya menjadi seperti aklamasi
Seolah pilihan sang Nabi tak digubris lagi pengikut sejati
Dimana lagi kebenaran, jika para penjaga Islam meributkan kekuasaan?
Dari situlah cermin perceraian keutuhan faham, menjadi bertaburan.

Selama pendewasaan perjalanan, terjadilah penyesatan arah
Karena satu-satunya titik yang aku jua kalian cari hanya ada satu
Maka jemeramilah yang menutupi kemanunggalan pemilik Al-Kitab lapuk
Menggapai muka halamanNya saja adalah anugerah, apalagi tersentuh.

Karena itu pula, pencarian ini harus mengorbankan demarah kalbu
Selama ini.


Aku hanya menyadari cucuran air mata ini hanyalah keminoran lagu.
Yang menjebakku seolah patuh kepada wasiat, nasehat, jua wahyu
Sewindu kini memuruk pengkajian yang tak berujung, masih ragu.
Marah selalu menjamah jua mengebiri kemantapan penemuan rerinduMu

Banyak yang telah menawariku berbagai faham
Namun, keraguan selalu memberiku jeda ketika itu
Pun, ada satu keyakinan yang tinggal kukuatkan
Hanya senandung-senandung minor yang menjebakku


Coba telisik kembali 'tangisanmu', sendukah? sedihkah?
Sama halnya, diriku merasakan itu, menjadi pilu menanah
Rasa terjebak dalam rerintihan para biduan sholawat, dzikir jua pengaji Qur'an
Semoga saja disetiap lembah langkah kali ini tak memuara keliru

Selibut Muharam, 17 Desember 2009

Salam puisi cinta....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar