KABUT TERANG TANAH
kepada pemeluk teguh
malam meninggalkan jejak suarasuara surau, langgar, sudutsudut hening
alam yang menyaring tepian rasa ikatan jiwa
melarung segala pertikaian peradaban purbani
manusiawi
gema terompah perjalanan membangun samudera airmata
menggenang di seluruh tanah cengkar lembah mukiman
tak sekadar kesementaraan
lembah pergumulan
fajar melingkup ketetapan jarak antara pembeda
kabutkabut dini hari membangkitkan sukacita
berarak tanpa pilahan mikiman
antara kesadaran atau penafian rahmatan
atau gugusan pengingkaran
anakanak jaman yang terseret di lobang tanah perdikan
langkah bergegas menganyam harap jejakjejak moyang
rekah aurora pelangi nirkala
masih tertangkap bening cahaya bagaskara
di sana aku letakkan segala cuaca
agar aku tak sangsi karena aku masih bisa bercinta
memainkan bianglala
seperti bocah kecil polos tanpa hiba
berjalan di titian yang selalu terasa tak cukup bekal
dan aku merasa telah tercukupkan
Salam puisi cinta....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar