Kamis, 02 September 2010

Langkah Keenam

-Langkah Keenam

Benar katamu: kami merugi atas nama waktu yang berlalu
Bagai diseret sungai bandang melaju ke masa silam
Membentuk tugu usia, berselimut debu, windu demi windu
Kepadanya tak terkejar kenangan, tak mungkin dipetik ulang
Memandang ke belakang semata menemu sesal menggenang
Jazirah di depan menyusun ribuan jalan sebagai pilihan
Cintamu menunggu di setiap pintu, harus kami kenali satu per satu
Sepanjang jalan tergoda singgah menyesap anggur duniawi
Bermain petak umpet dengan suara sabar panggilanmu
Menakar ganjil-genap harapan, mempersiang kesempatan
Kami menciptakan labirin untuk menjemput kebingungan sendiri
Sisa nyala pelita belum tentu sanggup menerangi tujuan
Namun kami terus menabung kerugian dalam kerentaan
Kecuali mengambil jalan saling mengingatkan untuk kebaikan

Selain menempuh titian saling menasihati dalam kesabaran
Kami hanya mampu menimbun kerugian hingga penuh uban
Sepercik cahaya yang kami genggam sewaktu-waktu akan padam
Selalu saja tumbuh cecabang peta buta untuk saling mencari
Menghitung ganjil-genap peruntungan, melipat lembar kesadaran
Masih gemar bermain pat gulipat dengan panggilan sayangmu
Sepanjang perjalanan terpikat bujuk rayu memabukkan
Lupa pada cintamu yang menanti di setiap pintu, yang memasang alamat
Jazirah di depan membentang dengan sejuta penanda tak terbaca
Memandang ke belakang, tirai kelam menutup cakrawala
Kepadanya tak tergapai ingatan, mustahil kami panggil ulang
Telanjur menjadi monumen usia, keruh berkarat, mungkin sia-sia
Ya, bagai didorong angin tsunami terdampar ke masa silam
Benar katamu: kami merugi atas nama waktu yang berlalu

6 Ramadan 1431, 16 Agustus 2010
Kurnia Effendi

Salam puisi cinta....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar